Pada
zaman sekarang, televisi merupakan media elektronik yang mampu menyebarkan berita
secara cepat dan memiliki kemampuan mencapai khalayak dalam jumlah tak
terhingga pada waktu yang bersamaan. Televisi dengan berbagai acara yang
ditayangkannya telah mampu menarik minat pemirsanya dan membuat pemirsanya
ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan, bahkan bagi anak-anak
sekalipun televisi sudah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas
kesehariannya dan sudah menjadi agenda wajib bagi sebagian besar anak.
Dengan
berbagai acara yang ditayangkan mulai dari infotainment,
entertainment, iklan, sampai pada
sinetron-sinetron dan film-film yang berbau kekerasan, televisi telah mampu
membius para pemirsanya terutama anak-anak untuk terus menyaksikan acara demi
acara yang dikemas sedemikian rupa. Tidak jarang, banyak anak-anak lebih suka berlama-lama di depan
televisi daripada belajar, atau bahkan banyak anak yang hampir lupa akan waktu
makannya karena televisi. Ini merupakan suatu masalah yang terjadi di
lingkungan kita sekarang, dan perlu diperhatikan khusus bagi setiap orang tua
untuk selalu mengawasi aktivitas anaknya.
Sebagian
besar tayangan televisi adalah sinetron yang
mengandung begitu banyak
adegan-adegan kekerasan baik fisik, perkataan maupun mental. Yayasan Pengembangan Media Anak
(YPMA) menyebutkan, menurut data AGB Nielsen (2008) bahwa berdasarkan survei
komposisi penonton televisi menurut usia, penonton usia 5 sampai 15 tahun
menempati porsi yang cukup besar, yaitu hampir 30%.
AGB Nielsen menyebutkan, tercatat
dalam seminggu anak-anak di Indonesia menonton rata-rata 35 sampai 45 jam atau
1.560 sampai 1.820 jam setahun. Jauh sekali jika dibandingkan dengan jumlah jam
belajar mereka yang tak lebih dari 1.000 jam setahun. Sementara untuk
tayangannya, 80 judul program anak ditayangkan dalam 300 kali penayangan selama
168 jam per minggu.
Teori yang menyangkut dengan pembahasan kami adalah
Pembelajaran Sosial. Teori Pembelajaran Sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura. Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori belajar perilaku,
tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat
perubahan perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Jadi di dalam teori
pembelajaran sosial, kita akan menggunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan kognitif internal untuk memahami cara belajar dari orang lain.
Dalam pandangan belajar sosial ‘manusia’ itu tidak didorong oleh
kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh lingkungan.
Kekerasan
berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah. Menurut WHO kekerasan
adalah penggunaan kekuatan fisik, kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau
sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar
mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan
perkembangan atau perampasan hak.
Pada tahun 2006 terjadi kasus yang sempat
menggegerkan pembaca berita, seorang siswa SMP diketahui meninggal akibat
meniru adegan smackdown yang
dilihatnya di televisi. kita mendengar ada banyak kasus
dimana anak membanting temannya sendiri karena meniru adegan smackdown yang ditontonnya. Saat itu
penulis juga mengalami sendiri permasalahan tersebut pada tahun 2006 menjadi guru di sebuah
Sekolah Dasar di Kota Bandung menemukan kasus serupa dengan yang disiarkan di televisi. Seorang anak
yang menendang dan membanting beberapa temannya ke lantai hingga sakit karena
meniru adegan smackdown yang sering
ditontonnya di televisi. Orangtua korban ada yang tidak mau terima dan
melaporkan ke sekolah hingga perlu upaya perdamaian yang cukup rumit antara
orangtua korban dengan orangtua pelaku.
Terry E. Lawson dalam buku Huraerah
tahun 2007, mengkategorikan kekerasan pada anak yaitu:
A.
kekerasan
secara fisik (physical abuse)
Kekerasan secara fisik adalah
penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap anak, dengan atau tanpa
menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik atau
kematian pada anak. Bentuk luka dapat berupa lecet atau memar akibat
persentuhan atau kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikan
pinggang, atau rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas atau
berpola akibat sundutan rokok atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada
daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada, perut, punggung atau daerah bokong.
Terjadinya kekerasan terhadap anak
secara fisik umumnya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai
orangtuanya, seperti anak nakal atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang
air atau muntah di sembarang tempat, memecahkan barang berharga.
B. Kekerasan
secara verbal (verbal abuse)
Biasanya berupa perilaku verbal seperti pelakunya melakukan pola
komunikasi yang berisi penghinaan ataupun kata-kata yang melecehkan anak.
C. Kekerasan
anak secara psikis
Kekerasan secara psikis meliputi
penghardikan, penyampaian kata-kata kasar dan kotor, memperlihatkan buku,
gambar, dan film pornografi pada anak. Anak yang mendapatkan perlakuan ini
umumnya menunjukkan gejala perilaku maladaptif, seperti menarik diri, pemalu,
menangis jika didekati, takut ke luar rumah dan takut bertemu dengan orang
lain.
Kami mengamati dua kartun anak-anak yaitu Tom and Jerry dan Masha and Bear. Kami melihat beberapa adegan kekerasan yang muncul
dalam film anak-anak tersebut yang seharusnya tidak di tampilkan. Film-film
tersebut seharusnya mendapatkan label R (remaja) atau BO (bimbingan orang tua),
bukan SU (semua umur) dan A (anak-anak).
Berikut adalah tabel yang berisi analisis kekerasan
dalam film Tom and Jerry dan Masha and Bear.
Nama Tayangan : Tom and
Jerry
Hari :
Senin-Jum’at
Pukul : 13.30-14.15 WIB
Stasiun
televisi : ANTV
Bentuk kekerasan
|
Jenis kekerasan
|
Tampil (v) atau Tidak Tampil (x)
|
|
Kekerasan fisik
|
memukul
|
V
|
|
menendang
|
V
|
||
menusuk dengan pisau
|
X
|
||
Kekerasan verbal
|
membentak-bentak
|
V
|
|
menghina
|
V
|
||
memaki dengan kata-kata kotor
|
V
|
||
Memaki dengan sebutan nama-nama binatang
|
V
|
||
Kekerasan Psikologis
|
Dikucilkan
|
X
|
|
Diberi ancaman
|
V
|
||
Nama Tayangan : Masha and
Bear
Hari : Senin-Jum’at
Pukul : 16.00-17.00 WIB
Stasiun
televisi : ANTV
Bentuk kekerasan
|
Jenis kekerasan
|
Tampil (v) atau Tidak Tampil (x)
|
Kekerasan fisik
|
Menendang kaki
|
V
|
Didorong sampai jatuh
|
V
|
|
Kejatuhan pohon
|
V
|
|
Menendang bokong
|
V
|
|
Kekerasan verbal
|
membentak-bentak
|
X
|
menghina
|
X
|
|
memaki dengan kata-kata kotor
|
X
|
|
Memaki dengan sebutan nama-nama binatang
|
X
|
|
Kekerasan Psikologis
|
Dikucilkan
|
V
|
Diberi ancaman
|
X
|
Dalam satu menit tayangan kartun, terdapat lima hingga tujuh kekerasan
yang muncul, seharusnya tayangan ini tidak diperuntukan untuk anak-anak, contohnya
dalam film Tom and Jerry banyak
sekali adegan yang menunjukkan kekerasan secara fisik. Hal ini dikhawatirkan
menyebabkan anak-anak yang berusia antara 6-12 tahun akan meniru adegan
tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Hal tersebut sangat dikhawatirkan
karena, anak berusia 6-12 tahun sesuai dengan teori pembelajaran sedang
menggunakan proses modelling dan
kartun yang mengandung kekerasan, seharusnya tidak diperuntukkan untuk
anak-anak.
Daftar
Pustaka
Feist,
Jess dan Feist, Gregory J. 2010. Psikologi
dan pengembangan diri. Salemba Humanika (Buku Satu, jilid tujuh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar