Rabu, 07 Mei 2014

Homoseksualitas Menurut Psikologi



Homoseksualitas: Nature atau Nurture?

Fenomena homoseksual bukan merupakan hal yang baru dalam masyarakat. Dahulu perilaku homoseksual merupakan hal yang tabu, namun tidak untuk zaman sekarang ini. Banyak orang yang mengaku bahwa dirinya termasuk kaum homoseksual secara terbuka dan tanpa malu. Belanda adalah Negara yang memiliki undang-undang pernikahan sesama jenis.
Secara normal, setiap orang akan tertarik kepada orang lain dengan jenis kelamin yang berbeda, yaitu antara pria dan wanita, namun ada segelintir orang yang ‘berbeda’ dan tidak menyukai lawan jenis. Seseorang yang tidak menyukai lawan jenis adalah termasuk homoseksual. Perilaku homoseksual ini sangat tidak wajar dan tidak di benarkan secara agama.
Homoseksual adalah perilaku seseorag yang menyukai sesama jenis. Perilaku homoseksual adalah pria yang menyukai pria atau wanita yang menyukai wanita. Dahulu di Indonesia orang yang melakukan perilaku homoseksual akan diasingkan karena tidak sesuai dengan norma. Walaupun kaum homoseksual di Indonesia belum berani menampakkan dirinya secara terang-terangan, kini mereka telah memiliki perkumpulan homoseksual.
Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang mengalami homoseksual. Kedua faktor tersebut adalah nature dan nurture. Nature adalah faktor gen atau bawaan manusia sejak lahir dan sudah menjadi bawaan dari keluarga terdahulunya. Nurture adalah faktor dari lingkungan orang tersebut tinggal. Nature dan nurture memiliki keterkaitan dengan perilaku seseorang.
Banyak orang yang memperdebatkan faktor yang menyebabkan perilaku homoseksual. Beberapa peneliti setuju bahwa perilaku homoseksual disebabkan oleh nature. Tetapi ada beberapa peneliti yang membantah bahwa perilaku homoseksual tidak ada keterkaitan dengan nature, melainkan dari faktor nurture. Oleh karena itu, King pada bukunya tahun 1991 melalukan proses identifikasi homoseksual.

Hasil proses identifikasi yang dilakukan oleh King, didapatkan empat proses yaitu pertama, biasanya terjadi saat mencapai usia dewasa muda dimana pada tahap ini biasanya dilewati dengan rasa kesepian, bingung, dan terkadang menyakitkan, atau adanya pengalaman seksual yang tidak menyenangkan (misalnya pernah dilecehkan atau bahkan diperkosa). Kedua, mulai mengenal orang-orang homoseksual lalu menjalin hubungan pertemanan, mulai berkencan, dan hubungan intim jangka panjang dengan sesama homoseksual yang membuat rasa tidak berharga atau terisolasi dapat berkurang. Ketiga, memberitahu orang-orang terdekat, seperti teman dan terutama keluarga bahwa ada banyak sekali komunitas homoseksual di sekitarnya dan berbicara secara rinci serta menunjukkan tanda-tanda penyimpangan homoseksual. Keempat, keterbukaan secara menyeluruh dan seseorang yang melewati tahap ini adalah orang yang sadar dan menerima dirinya sebagai homoseksual.
Menurut George Rice, peneliti dari Universitas Northwestern, Kanada, jika benar seorang pria menjadi homoseksual karena keturunan, orang tuanya juga harus diteliti. Kalau gen pria yang disebutkan sebagai penyebab homoseksual itu terdapat pada kromosom X, sifat ini hanya bisa diturunkan lewat ibunya karena seorang wanita berasal dari dua kromosom X. Ketika terjadi pembuahan, kromosom X yang diturunkan pada anak laki-laki merupakan sumbangan dari ibunya dan hal tersebut perlu ada pemeriksaan pada kromosom ibunya. Kalau ternyata ibunya tidak membawa kromosom homoseksual, boleh jadi kelainan gen yang dialami anak berasal dari mutasi dan jika penelitian tersebut benar, kemungkinan munculnya pria homoseksual juga sangat kecil.
Adanya kaum homoseksual lebih disebabkan oleh nurture atau faktor lingkungan dan pergaulan. Jika seseorang tidak mempunyai gen homoseksual namun sehari-hari berkumpul dengan pria homoseksual, kemungkinan besar dia kelak akan menjadi homoseksual. Hanya sedikit kemungkinan homoseksual disebabkan oleh faktor gen. Pada faktor gen hanya terdapat satu peluang kemungkinan homoseksual.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar