Homoseksualitas:
Nature atau Nurture?
Fenomena
homoseksual
bukan merupakan hal yang baru dalam masyarakat.
Dahulu perilaku homoseksual merupakan
hal yang tabu, namun tidak untuk zaman sekarang ini. Banyak orang yang mengaku
bahwa dirinya termasuk kaum homoseksual secara terbuka dan tanpa malu. Belanda adalah Negara yang memiliki undang-undang
pernikahan sesama jenis.
Secara
normal, setiap orang akan tertarik kepada orang lain dengan jenis kelamin yang
berbeda, yaitu antara pria dan wanita,
namun ada segelintir orang yang ‘berbeda’ dan tidak menyukai lawan jenis.
Seseorang yang tidak menyukai lawan jenis adalah
termasuk homoseksual. Perilaku
homoseksual ini sangat tidak wajar dan tidak di benarkan secara agama.
Homoseksual
adalah perilaku seseorag yang menyukai sesama jenis.
Perilaku homoseksual adalah pria yang
menyukai pria atau wanita yang menyukai wanita. Dahulu di Indonesia orang yang
melakukan perilaku homoseksual akan
diasingkan karena tidak sesuai dengan norma. Walaupun kaum homoseksual di Indonesia belum berani menampakkan dirinya secara
terang-terangan, kini mereka telah memiliki perkumpulan homoseksual.
Ada
dua faktor yang menyebabkan seseorang mengalami homoseksual. Kedua faktor
tersebut adalah nature
dan nurture. Nature adalah faktor gen atau bawaan
manusia sejak lahir dan sudah menjadi bawaan dari keluarga terdahulunya. Nurture
adalah faktor dari lingkungan orang tersebut tinggal. Nature
dan nurture memiliki keterkaitan
dengan perilaku seseorang.
Banyak
orang yang memperdebatkan faktor yang menyebabkan perilaku homoseksual. Beberapa
peneliti setuju bahwa perilaku homoseksual disebabkan oleh nature. Tetapi ada beberapa peneliti yang membantah bahwa perilaku
homoseksual tidak ada keterkaitan dengan nature,
melainkan dari faktor nurture. Oleh
karena itu, King pada bukunya tahun 1991 melalukan proses identifikasi
homoseksual.
Hasil
proses identifikasi yang dilakukan oleh
King, didapatkan empat proses
yaitu pertama, biasanya terjadi saat mencapai usia dewasa muda dimana pada
tahap ini biasanya dilewati dengan rasa kesepian, bingung, dan terkadang
menyakitkan, atau adanya pengalaman seksual yang tidak menyenangkan (misalnya pernah
dilecehkan atau bahkan diperkosa). Kedua, mulai mengenal orang-orang
homoseksual lalu menjalin hubungan pertemanan, mulai berkencan, dan hubungan
intim jangka panjang dengan sesama homoseksual yang membuat rasa tidak berharga
atau terisolasi dapat berkurang. Ketiga, memberitahu orang-orang terdekat,
seperti teman dan terutama keluarga bahwa ada banyak sekali komunitas
homoseksual di sekitarnya dan berbicara secara rinci serta menunjukkan
tanda-tanda penyimpangan homoseksual. Keempat, keterbukaan secara menyeluruh
dan seseorang yang melewati tahap ini adalah orang yang sadar dan menerima
dirinya sebagai homoseksual.
Menurut
George Rice, peneliti dari Universitas Northwestern, Kanada, jika benar seorang
pria menjadi homoseksual karena
keturunan, orang tuanya juga harus diteliti. Kalau gen pria yang disebutkan
sebagai penyebab homoseksual itu terdapat
pada kromosom X, sifat ini hanya bisa diturunkan lewat ibunya karena seorang
wanita berasal dari dua kromosom X. Ketika terjadi pembuahan, kromosom X yang diturunkan
pada anak laki-laki merupakan sumbangan dari ibunya dan hal tersebut perlu ada
pemeriksaan pada kromosom ibunya. Kalau ternyata ibunya tidak membawa kromosom
homoseksual, boleh jadi kelainan gen yang dialami anak berasal dari mutasi dan
jika penelitian tersebut benar, kemungkinan munculnya pria homoseksual
juga sangat kecil.
Adanya
kaum homoseksual lebih disebabkan
oleh nurture atau faktor lingkungan dan pergaulan. Jika seseorang
tidak mempunyai gen homoseksual namun
sehari-hari berkumpul dengan pria
homoseksual,
kemungkinan besar dia kelak akan menjadi homoseksual. Hanya sedikit kemungkinan homoseksual disebabkan oleh faktor gen.
Pada faktor gen hanya terdapat satu peluang kemungkinan homoseksual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar