Kekerasan
Seksual Terhadap Anak Taman Kanak-kanak
(TK)
di Jakarta International School (JIS)
Tindak
kejahatan dewasa ini semakin marak terjadi. Masyarakat diresahkan oleh tindak
kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Salah
satu korbannya adalah anak-anak di bawah umur. Tindak kejahatan yang akan
dibahas pada makalah ini adalah tindak kejahatan pelecehan seksual.
Menurut psikiater internasional, Terry E. Lawson, ada empat
jenis atau bentuk kekerasan yaitu kekerasan emosional (emotional abuse), yaitu terjadi ketika orang tua atau pengasuh
mengabaikan anak setelah mengetahui ia meminta perhatian. Anak dibiarkan lapar
karena orang tua terlalu sibuk dan tak mau diganggu. Kekerasan verbal (verbal abuse), yaitu terjadi ketika
orang tua atau pengasuh menyuruh anak diam atau tidak menangis setelah
mengetahui ia meminta sesuatu dan meminta perhatian. Jika anak mulai bicara,
orang tua terus-menerus melakukan kekerasan verbal dan berkata kasar. Kekerasan
fisik (physical abuse), yaitu terjadi
ketika orang tua atau pengasuh mencelakakan fisik seperti memukul, menjewer
atau mencubit anak. Kekerasan seksual (sexual
abuse), biasanya tidak terjadi selama 18 bulan pertama kehidupan.
Eksploitasi seksual pada anak adalah ketergantungan. Kekerasan seksual lebih
kepada pelecehan seksual pada anak.
Rumah dan sekolah adalah merupakan tempat bagi anak-anak
paling banyak melewati waktunya sehari-hari. Di tempat-tempat inilah anak-anak
semestinya tidak memperoleh tindak kekerasan khususnya tindak kekerasan
asusila. Namun, kenyataannya tidaklah demikian. Hal ini tampaknya tidak
terlepas dari kenyataan lain bahwa rumah dan sekolah adalah tempat anak-anak
memperoleh pendidikan dan dibentuk serta disiapkan untuk menjadi warga
masyarakat yang dapat diterima oleh masyarakatnya, dan di situlah mereka
mengalami proses pendisiplinan, yang kadang-kadang berubah menjadi tindak
kekerasan yang tidak pada tempatnya.
Kasus pelecehan seksual yang terjadi pada siswa TK JIS
mengundang kecaman dari berbagai pihak. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat
anak-anak memperoleh pendidikan menjadi tempat tindak kejahatan yang seharusnya
tidak pantas diterima oleh anak-anak, terlebih anak-anak di bawah umur.
Permasalahan
1. Apakah arti pelecehan seksual terhadap anak?
2. Faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan terjadinya tindak kejahatan pelecehan seksual?
3. Atas
dasar apa seseorang dapat melakukan tindakan pelecehan tersebut?
4. Apa
faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan pelecehan
tersebut?
Penganiayaan anak atau pelecehan anak adalah tindakan yang
merugikan anak-anak baik secara fisik maupun psikologis. Penganiayaan anak berasal dari
banyak faktor, termasuk variabel sosial budaya serta karakteristik dari
orang-orang yang terlibat dalam perilaku dan karakteristik dari anak-anak
mereka membahayakan tersebut.
Agresi adalah perilaku yang diarahkan dengan
tujuan merugikan makhluk
hidup lainnya.
Penentu agresi manusia
ada tiga yaitu sosial, personal, situasional.
Penentu
sosial agresi:
- Frustrasi
frustasi
merupakan penyebab agresi. Hipotesis frustrasi-agresi
ini
dibuat menjadi dua pernyataan,
yaitu: (a)
frustrasi selalu mengarah ke beberapa bentuk agresi, dan (b) agresi selalu berasal dari frustrasi. Orang
yang frustasi selalu terlibat
dalam beberapa jenis agresi
dan bahwa semua tindakan agresi, pada gilirannya, hasil dari frustrasi.
- Provokasi
- Provokasi
Provokasi: tindakan oleh
orang lain yang cenderung memicu
agresi si penerima, sering
kali karena mereka dianggap berasal
dari niat jahat.
- Kekerasan Media
- Kekerasan Media
Paparan kekerasan di media mungkin memang menjadi salah satu faktor
yang berkontribusi terhadap tingginya
tingkat kekerasan di negara-negara
karena dipandang oleh sejumlah besar orang.
-Gairah
-Gairah
Dalam beberapa kondisi, gairah yang
tinggi adalah
sumber
yang dapat meningkatkan agresi dalam menanggapi provokasi, frustrasi, atau
faktor lainnya.
Penentu agresi personal:
- Tipe A pola perilaku yaitu pola yang terutama terdiri dari tingkat daya saing yang tinggi, waktu urgensi dan permusuhan. Pola perilaku B yaitu pola yang terdiri dari tidak adanya karakteristik yang terkait dengan Tipe A pola perilaku. Tipe A akan cenderung lebih agresif daripada Tipe B di banyak situasi.
- Perbedaan gender yaitu laki-laki lebih agresif secara keseluruhan perempuan, namun perbedaan ini cenderung menghilang dalam menghadapi provokasi yang kuat. Pria lebih cenderung menggunakan bentuk-bentuk agresi langsung, tapi perempuan lebih mungkin untuk menggunakan bentuk-bentuk agresi tidak langsung.
- Tipe A pola perilaku yaitu pola yang terutama terdiri dari tingkat daya saing yang tinggi, waktu urgensi dan permusuhan. Pola perilaku B yaitu pola yang terdiri dari tidak adanya karakteristik yang terkait dengan Tipe A pola perilaku. Tipe A akan cenderung lebih agresif daripada Tipe B di banyak situasi.
- Perbedaan gender yaitu laki-laki lebih agresif secara keseluruhan perempuan, namun perbedaan ini cenderung menghilang dalam menghadapi provokasi yang kuat. Pria lebih cenderung menggunakan bentuk-bentuk agresi langsung, tapi perempuan lebih mungkin untuk menggunakan bentuk-bentuk agresi tidak langsung.
Penentu situasional agresi:
- Pengaruh suhu tinggi dan konsumsi alkohol yaitu suhu tinggi cenderung meningkatkan agresi, tetapi hanya sampai titik tertentu. Selain tingkat tertentu, agresi menurun karena suhu meningkat. Mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan agresi, tampaknya, pada individu yang biasanya menunjukkan rendahnya tingkat agresi.
- Pengaruh suhu tinggi dan konsumsi alkohol yaitu suhu tinggi cenderung meningkatkan agresi, tetapi hanya sampai titik tertentu. Selain tingkat tertentu, agresi menurun karena suhu meningkat. Mengkonsumsi alkohol dapat meningkatkan agresi, tampaknya, pada individu yang biasanya menunjukkan rendahnya tingkat agresi.
Pada
dasarnya seseorang yang melakukan tindakan pelecehan seksual adalah orang yang
memiliki tindakan agresi karena tindakan agresi merugikan orang lainnya. Orang
yang melakukan tindakan agresi tersebut dapat di pengaruhi oleh factor
frustasi, provokasi dari pihak lain, dan gairah.
Metode
penelitian pada makalah ini adalah studi kasus karena hanya membahas kasus
kekerasan seksual pada anak-anak di Jakarta
International School (JIS) saja. Psikolog dan pemerhati anak,
Menurut Seto
Mulyadi mengatakan, peristiwa semacam ini bisa terjadi akibat trauma masa lalu
pelaku sodomi. Seto Mulyadi mengatakan bahwa melakukan sodomi merupakan bagian
dari perilaku penyimpangan seksual. Bisa terjadi karena trauma masa lalu si
pelaku. Seto Mulyadi menambahkan bahwa masalah yang bisa menyebabkan seseorang
melakukan tindakan sodomi, bisa karena di masa lalunya dia adalah korban
kekerasan atau pelecehan seksual.
Menurut Dr.
Asrorun Niam Sholeh, Ketua Divisi Sosialisasi Ketua Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI), menyebut beberapa faktor penyebab terjadinya pelecehan seksual terhadap
anak. Pertama, faktor moralitas dan rendahnya internalisasi ajaran agama
serta longgarnya pengawasan di level keluarga dan masyarakat. Kedua, faktor
permisifitas dan abainya masyarakat terhadap potensi pelecehan seksual. Ketiga,
faktor kegagapan budaya dimana tayangan sadisme, kekerasan, pornografi, dan
berbagai jenis tayangan destruktif lainnya ditonton, namun minim proses
penyaringan pemahaman. Keempat, faktor perhatian orang tua dan keluarga yang
relatif longgar terhadap anaknya dalam memberikan nilai-nilai hidup yang bersifat
mencegah kejahatan pelecehan seksual.
Menurut Devi
Rahmawati, Sosiolog Univeristas Indonesia (UI), munculnya tindakan pelecehan
seksual terhadap anak di bawah umur banyak dipengaruhi oleh budaya asing yang
masuk ke tanah air. Sementara itu, pengamat Psikologi Universitas Indonesia
(UI), Fitriani F. Syahrul menegaskan bahwa penyimpangan sosial yang bisa jadi
disebabkan oleh depresi yang kemudian menyebabkan rusaknya pola pikir para
pelaku pelecehan terhadap anak-anak. Sedangkan kasus perceraian juga menjadi
faktor lain penyebab perkosaan di dalam keluarga.
Hasil yang di
dapat dari beberapa pernyataan diatas adalah sangat banyak faktor seseorang
mengalami tindakan pelecehan seksual terhadap anak-anak. Walaupun di tinjau
indikasi dari beberapa pengamatan, akan tetapi penyebab pelecehan seksual yang
terjadi di Jakarta International School (JIS)
lebih disebabkan oleh masa lalu si pelaku karena pada masa kecilnya si pelaku
adalah korban pelecehan seksual juga.
Kesimpulan
yang di dapat adalah bahwa banyak faktor yang menyebabkan seseorang melakukan
tindakan penyimpangan seksual terhadap anak-anak. Hal tersebut terjadi akibat
tindakan agresi. Selain tindakan agresi, pergeseran moral, faktor ekonomi, dan
faktor budaya asing yang masuk ke Indoesia juga mempengaruhi tindakan kekerasan
seksual pada anak. Tetapi dalam kasus pelecehan seksual pada kasus di Taman
Kanak-kanak (TK) Jakarta International
School (JIS) ini pelaku melakukannya karena pada masa lalunya ia juga
sebagai korban pelecehan seksual.
Baron,
Robert A. & Byrne, Don. Social
Psychology (Allyn & Bacon, New Jersey, 2000)